Mata Hati
Home » Blog » Kata-Kata Bijak Den Gus Thuba: Cahaya untuk Hati, Petunjuk untuk Jiwa

Kata-Kata Bijak Den Gus Thuba: Cahaya untuk Hati, Petunjuk untuk Jiwa

KEDIRI matalira.com — Pimpinan Pusat Yakuza Mafias Kediri, Den Gus Thuba kembali menyampaikan untaian kata-kata bijak penuh makna yang menyentuh hati para santri dan pengikutnya. Beliau mengajak umat untuk terus menghidupkan hati, menjaga kesadaran, dan memperkuat koneksi spiritual.

Berikut ini Kata-kata bijak dari Den Gus Thuba:

“Jika kamu tersesat, tapi kamu tidak menyadari jika kamu tersesat berarti hatimu gelap.”

Kalimat ini bicara tentang pentingnya introspeksi dan kesadaran diri. Jika seseorang berada di jalan yang salah (bisa dalam hidup, pemikiran, atau spiritual) namun ia sendiri tidak menyadarinya, itu pertanda ada sesuatu yang menghalangi nuraninya. “Hati yang gelap” di sini berarti hati yang tertutup dari kebenaran, enggan mengakui kesalahan, atau bahkan tidak peka terhadap sinyal-sinyal kesesatan. Artinya, kita akan sulit menerima bantuan atau mencari jalan keluar jika kita sendiri tidak menyadari bahwa kita sedang dalam masalah.

“Tanpa Air Ikan akan mati, tanpa Dzikir Hati akan mati.”

DEN GUS THUBA: Seorang Raja Diukur dari Hati yang Dikuasai, Bukan Kekayaan dan Usia

Ini adalah analogi yang mendalam mengenai vitalnya dzikir (mengingat Tuhan) bagi hati. Seperti air yang menjadi sumber kehidupan bagi ikan, dzikir adalah nutrisi esensial bagi hati manusia. Tanpa dzikir, hati akan layu, mati secara spiritual, menjadi keras, hampa, dan mungkin dipenuhi kegelisahan atau keburukan. Ini menekankan bahwa koneksi spiritual dan mengingat Sang Pencipta adalah hal fundamental untuk menjaga hati tetap hidup, tenang, dan berfungsi dengan baik.

“Bab Ilmu semua bisa menunjukkan, tapi yang mengajakmu tidak semua mampu.”

Pernyataan ini menyoroti perbedaan antara pengetahuan dan kemampuan membimbing. Banyak orang bisa memiliki ilmu dan menyampaikan informasi (“menunjukkan ilmu”), tetapi tidak semua memiliki karisma, kebijaksanaan, atau kapasitas untuk benar-benar membimbing, menginspirasi, atau memimpin seseorang menuju kebaikan. Ada jurang antara sekadar tahu dan mampu menggerakkan atau mengubah orang lain. Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga mencari pembimbing yang tulus dan mampu.

“Pikiran yang tak sampai bukan alasan untuk tidak percaya.”

Maknanya adalah keterbatasan akal dan logika manusia bukanlah penghalang untuk beriman. Ada banyak hal, terutama dalam ranah spiritual atau gaib, yang mungkin tidak bisa sepenuhnya dicerna atau dipahami oleh nalar kita. Namun, ketidakmampuan akal kita untuk “sampai” pada pemahaman penuh bukanlah alasan untuk tidak meyakini keberadaan atau kebenaran hal tersebut. Ini mengajak kita untuk membuka diri pada keyakinan yang melampaui batas rasionalitas, mengakui bahwa realitas bisa lebih luas dari apa yang bisa kita pahami sepenuhnya.

Ribuan Jamaah Padati Istighosah dan Pengajian Umum di Kediaman Kades Wonojoyo

“Berjalanlah dengan orang yang sepemikiran, selebihnya berhati-hatilah di jalan.”

Nasihat ini menekankan pentingnya memilih lingkungan dan pergaulan. Berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran, tujuan, atau nilai-nilai yang sejalan akan memberikan dukungan, pemahaman, dan memudahkan perjalanan hidup. Sebaliknya, terhadap orang-orang yang tidak sepemikiran atau berpotensi membawa pengaruh negatif, kita dianjurkan untuk “berhati-hati.” Ini bukan berarti menjauhi semua orang, tetapi lebih kepada menjaga diri, tidak mudah terpengaruh, dan memahami bahwa tidak semua orang akan sejalan dengan prinsip hidup kita.

“Disaat Kamu terluka, pada hakikatnya kamu disembuhkan.”

Kalimat ini mengajarkan perspektif positif tentang penderitaan dan luka. Rasa sakit, kegagalan, atau kesulitan seringkali menjadi katalisator bagi pertumbuhan, pembelajaran, dan transformasi diri. Ketika kita terluka, kita dipaksa untuk merenung, mencari kekuatan, atau mengubah cara pandang. Proses “penyembuhan” di sini bukan hanya hilangnya rasa sakit fisik atau emosional, tetapi juga tentang menjadi pribadi yang lebih kuat, bijaksana, atau lebih sadar akan diri sendiri dan kehidupan. Luka bisa menjadi guru yang menyembuhkan kita secara mendalam.

“Mencintai tanpa bertemu setiap hari adalah bukti cinta bukan di atas kata, bukan di depan mata tapi di dalam hati.”

Kilas Balik Istighosah dan Pengajian Majelis Ta’lim At-Tanwir di kediaman Bapak Suparlan di Desa Wonojoyo Kediri

Ini adalah definisi cinta sejati yang melampaui batasan fisik dan ekspresi lahiriah. Cinta yang autentik tidak hanya bergantung pada pertemuan fisik setiap hari, kata-kata manis yang diucapkan, atau penampilan. Sebaliknya, cinta yang mendalam berakar kuat di dalam hati, terpancar melalui kesetiaan, pengertian, dan perasaan yang tulus, bahkan saat tidak ada interaksi harian. Ini adalah ujian keaslian cinta, yang membuktikan bahwa koneksi emosional dan spiritual bisa lebih kuat dan bermakna daripada sekadar kehadiran fisik.

Melalui kata-kata bijak ini, Den Gus Thuba kembali menunjukkan peran spiritualnya sebagai pembimbing batin, penggerak hati, dan penjaga nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan modern.

(Mas Boor | #SantriDenGusThuba #MoloekatanGusMik #DzikrulGofilin #YakuzaMafiasIndonesia)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share